wasthmedia.com | Kilas Tokoh – KH Hasyim Asy’ari, salah satu tokoh besar dalam sejarah Indonesia, tidak hanya dikenal sebagai ulama yang ahli dalam ilmu hukum Islam, tetapi juga sebagai seorang pakar hadits yang ulung. Di tengah kesehariannya, terutama pada bulan Ramadhan, beliau rajin membaca kitab hadits al-Bukhari yang berisi kumpulan hadits Nabi Muhammad sebanyak 7.275 hadits.
Banyak ulama dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Tebuireng selama bulan Ramadan untuk mendengarkan pembacaan hadits yang disampaikan oleh KH Hasyim Asy’ari. Keahliannya bukan hanya terlihat dari kemampuannya membaca hadits dengan cepat dan akurat, tetapi juga dalam mengaitkan konteks hadits dengan dinamika kehidupan dan perkembangan zaman.
Selain sebagai seorang ulama, KH Hasyim Asy’ari juga dikenal sebagai pejuang kemerdekaan Republik Indonesia yang gigih dan tak kenal lelah. Pada masa Agresi Militer Belanda Pasca Kemerdekaan, beliau mendirikan Laskar Santri yang dikenal dengan Laskar Hizbullah dan Sabilillah untuk melawan kekejaman Belanda di Jawa Timur.
Pada tanggal 21 Juli 1947, Belanda melancarkan serangan tiba-tiba yang mengakibatkan banyak korban, terutama di kalangan pejuang santri. Setiap hari, umat Islam melakukan gerakan batin dan qunut nazilah dalam doa-doa khusus untuk memohon kemenangan dalam perjuangan.
Kota Malang jatuh dalam agresi Belanda 21 Juli 1947 tersebut. Jatuhnya kota perjuangan pusat markas tertinggi Hizbullah-Sabilillah ini cukup mengejutkan Hadhratussyekh KH Hasyim Asy’ari. Ketika berita musibah itu disampaikan oleh Kiai Gufron (Pemimpin Sabilillah Surabaya), Kiai Hasyim Asy’ari sedang mengajar ngaji.
Begitu berita buruk itu disampaikan, Kiai Hasyim Asy’ari seketika memegangi kepalanya sambil berdzikir menyebut nama Allah SWT: “Masyaallah, Masyaallah!” lalu pingsan tak sadarkan diri. Hadhratussyekh mengalami pendarahan otak setelah diperiksa. Dokter Angka yang didatangkan dari Jombang tidak bisa berbuat apa-apa karena keadaannya telah parah.
Utusan Panglima Besar Soedirman dan Bung Tomo yang khusus datang untuk menyampaikan berita jatuhnya Malang tidak sempat ditemui oleh Hadhratussyekh. Malam itu tanggal 7 Ramadhan 1366 H bertepatan 25 Juli 1947, Hadharatussyekh KH Hasyim Asy’ari menghembuskan nafas terakhirnya dengan membawa kepedihan mendalam atas apa yang menimpa bangsa Indonesia.
Malam itu, tanggal 7 Ramadhan 1366 H, bertepatan dengan 25 Juli 1947, KH Hasyim Asy’ari menghembuskan nafas terakhirnya, meninggalkan duka yang mendalam atas nasib bangsa Indonesia. Namun, warisan beliau sebagai ulama, ahli hadits, dan pejuang kemerdekaan tetap hidup dan menginspirasi generasi-generasi selanjutnya dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan. [Tim Redaksi wasthmedia.com]