wasthmedia.com | Bung Karno, sosok proklamator dan pemimpin terkemuka Indonesia, memiliki kedekatan yang mendalam dengan agama Islam. Tidak hanya melulu dalam omongan, tetapi juga dalam tindakan nyata, Bung Karno menunjukkan kecintaan dan pengabdiannya pada Islam. Salah satu bukti nyata adalah bagaimana ia membudayakan peringatan maulid dan isra mikraj di Istana Negara.
13 Masjid yang Lekat dengan Nama Bung Karno
Jejak Bung Karno dalam kecintaannya pada Islam juga terlihat dari 13 masjid di Indonesia yang memiliki hubungan dekat dengan namanya. Beberapa di antaranya adalah Masjid Istiqlal, Masjid Baiturrahim Istana Merdeka, Masjid Salman ITB, Masjid Syuhada Yogyakarta, Masjid Persis Bandung, dan Masjid Jamik Bengkulu. Selain itu, terdapat pula Masjid Raya Bandung, Masjid Raya Ganting, Masjid Raya Sengkang, Langgar Merdeka Laweyan Solo, Masjid Taqwa Parapat, Masjid Raudhatus Sa’adah Musi Rawas, dan Masjid Ar-Rabithah Ende.
Dalam buku yang membahas perihal Bung Karno dan masjid-masjid ini, terdapat penjelasan lebih lanjut tentang kedekatan Bung Karno dengan setiap masjid pada Bab 6, yang dimulai dari halaman 135. Kisah inspiratif tentang bagaimana Bung Karno menghargai dan memuliakan agama Islam melalui berbagai masjid ini akan memikat pembaca.
Peran Bung Karno dalam Merancang Masjid Istiqlal
Salah satu peran paling mencolok Bung Karno dalam membuktikan cintanya pada Islam adalah ketika ia memberi nama dan merancang Masjid Istiqlal di Jakarta. Impiannya adalah menjadikan Istiqlal sebagai masjid terbesar di Asia. Nama “Istiqlal” dipilih dengan sengaja dari bahasa Arab yang berarti “merdeka,” sebagai penghormatan pada pejuang Muslim yang gugur dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Demikian juga, nama “Salman” diambil dari salah satu sahabat Nabi Muhammad, Salman Al-Farisi. Begitu juga dengan “syuhada” yang diambil dari firman Allah SWT, “Siapa yang nanti syahid akan tetap hidup.”
Masjid Agung St Petersburg: Pesan Khusus dari Bung Karno
Selain masjid-masjid di Indonesia, Bung Karno juga berjasa di dunia internasional. Contohnya adalah keterlibatannya dalam fungsi kembali Masjid Agung St Petersburg di Rusia, yang sekarang dikenal sebagai Masjid Biru. Permintaan khusus dari Bung Karno kepada pemimpin Uni Soviet saat itu berhasil mengaktifkan kembali masjid ini sebagai tempat ibadah Muslim. Hal ini menegaskan peran dan perhatian Bung Karno terhadap Islam di seluruh dunia.
Kampanye Desoekarnoisasi dan Kedekatan dengan Islam
Sejarah mencatat adanya upaya desoekarnoisasi yang sengaja mencitrakan bahwa Bung Karno tidak mendukung Islam dalam politiknya. Namun, kenyataannya adalah jauh dari itu. Dalam pidatonya pada 1 Juni 1945, Bung Karno dengan tegas menyatakan bahwa Sila Permusyawaratan Perwakilan adalah yang paling cocok dengan Islam dan merupakan syarat mutlak untuk kekuatan negara Indonesia. Bung Karno menghadirkan keberpihakannya pada Islam melalui politik dan pemikirannya, dan ini menunjukkan bagaimana ia membawa tradisi kehidupan Islam yang terintegrasi dengan pemikiran kebangsaan.
Kesimpulan
Buku ini merupakan ensiklopedia tentang Bung Karno dan jejaknya dalam kecintaan dan kedekatannya dengan Islam. Berbagai kisah menarik tentang perjuangan dan pemikiran Bung Karno yang selaras dengan Islam hadir di setiap halamannya. Dalam perjalanan membaca, pembaca akan meresapi kembali bagaimana Bung Karno memperjuangkan dunia Islam, kebijaksanaan spiritualnya tentang Tuhan Yang Maha Esa, dan cintanya yang mendalam pada sosok Nabi Muhammad SAW. Ia adalah seorang tokoh yang merepresentasikan kaum Muslim dengan kekuatan politik yang besar dan memiliki pengaruh yang luar biasa bagi Indonesia dan dunia. Meskipun ada upaya desoekarnoisasi, namun kecintaannya pada Islam dan dedikasinya pada kemerdekaan Indonesia tak terbantahkan. Inilah Bung Karno, proklamator, pemimpin, dan pejuang dengan keislamannya yang patut diapresiasi dan diresapi oleh generasi selanjutnya. [Tim Redaksi wasthmedia.com]