Wawasan Islam – wasthmedia.com | Dalam perjalanan sejarah sebuah negara, sering kali ada individu yang mengemban tanggung jawab besar dalam mempromosikan kedamaian, moderatisme, dan nasionalisme. Salah satu tokoh yang mencapai tingkat keberanian dan keteguhan dalam menghadapi tantangan ini adalah Dr. Ali Jum’ah, mantan Grand Mufti Mesir. Namun, perannya bukan tanpa rintangan dan kontroversi.
Kehadiran dan pemikiran Dr. Ali Jum’ah telah dianggap sebagai “racun” oleh kelompok Ikhwanul Muslimin (IM), sebuah organisasi politik di Mesir. Para kader IM bahkan telah melakukan serangkaian tindakan provokatif, termasuk merusak dan mengeksploitasi fatwa-fatwa beliau dengan cara yang salah. Mereka bahkan mencaci maki Dr. Ali Jum’ah dengan sangat tidak pantas.
Namun, permusuhan IM terhadap Dr. Ali Jum’ah tidak berhenti di situ. Puncaknya adalah upaya pembunuhan terhadapnya di depan Masjid Al-Fadhl di Kota 6 Oktober pada tahun 2016, meskipun upaya ini akhirnya gagal.
Permusuhan kelompok ekstremis IM terhadap Dr. Ali Jum’ah dimulai bertahun-tahun yang lalu ketika beliau berperan dalam menganalisis perilaku dan pemikiran kelompok militan yang berada di penjara pada tahun 1990-an. Analisis ini menyebabkan sejumlah anggota kelompok tersebut mengubah pandangan mereka dan bahkan ada yang tobat dari pemikiran ekstrimis. Keberanian Dr. Ali Jum’ah untuk berbicara terbuka tentang masalah ini mengancam kekuatan doktrinal kelompok ini.
IM telah merespons dengan berbagai cara, termasuk merusak dan mendistorsi fatwa-fatwa Dr. Ali Jum’ah. Mereka juga memantau semua aktivitas beliau. Mereka bahkan menyebarkan informasi palsu tentang pandangan beliau terutama terkait dengan upaya negara untuk menangkap teroris IM. Para teroris mengklaim bahwa Dr. Ali Jum’ah meminta pasukan keamanan untuk membunuh anggota kelompok militan selama penangkapan mereka pada tahun 2004 saat beliau menjabat sebagai Grand Mufti Mesir.
Namun, pandangan Dr. Ali Jum’ah tentang masalah ini adalah untuk membela diri. Ketika ditanya tentang hukum membunuh seseorang yang mengangkat senjata di hadapan pasukan keamanan, beliau menjawab bahwa hal itu diperbolehkan demi mempertahankan diri.
Saat pemilihan presiden tahun 2012, ketegangan muncul ketika IM mencalonkan Mohamed Morsi. Dr. Ali Jum’ah mencoba menasihati Morsi dan kelompoknya untuk menjaga kedamaian dan menghindari kompetisi yang tidak sehat. Namun, permasalahan makin meruncing, dan Morsi bahkan tidak memperbarui Dr. Ali Jum’ah sebagai Grand Mufti ketika kelompok IM mengambil alih kekuasaan.
Kebencian IM terhadap Dr. Ali Jum’ah mencapai puncaknya ketika mereka melakukan protes di Rab’ah dan Nahdhah serta berusaha mendirikan negara dalam negara. Pemerintah Mesir mengambil tindakan untuk membubarkan protes tersebut, yang kemudian memicu kelompok tersebut untuk melancarkan serangkaian tindakan kekerasan. Dr. Ali Jum’ah terus mengajak warga Mesir untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum dan mendukung upaya pemulihan negara dari ancaman teroris.
Hingga saat ini, sikap nasionalisme Dr. Ali Jum’ah terus berlanjut meskipun caci-maki dari IM. Dia mengajak rakyatnya untuk tidak terpengaruh oleh propaganda yang ditujukan kepada mereka dan untuk tetap setia pada nilai-nilai nasionalisme dan kedamaian. [Tim Redaksi wasthmedia.com]