wasthmedia.com – al-Imam al-Qutub al-Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar Assegaf lahir di Kota Besuki, Jawa Timur pada 16 Dzulhijjah tahun 1285 H atau bertepatan dengan tanggal 30 Maret 1869 M. Ayah beliau bernama Habib Muhammad bin Umar Assegaf. Nasabnya tersambung kepada Baginda Nabi SAW. Berikut ini nasab beliau:
Habib Abubakar bin Muhammad bin Umar bin Segaf bin Muhammad bin Umar bin Thoha bin Umar bin Abdurrahman bin Muhammad bin Ali bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad bin Ali bin Alwy bin Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Alwy bin Muhammad bin Muhammad bin Alwy bin Ubaidillah bin Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja’far bin Muhammad bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fathimah binti Nabi Muhammad SAW.
Semenjak usia 2 tahun beliau sudah menjadi seorang yatim, kemudian ketika menginjak usia 8 tahun atas permintaan nenek beliau agar tinggal dan belajar di Hadramaut. Di Hadramauth beliau dibawah bimbingan kedua pamannya karena ayahnya wafat (setelah pindah ke Gresik) maka Pendidikan Habib Abubakar langsung di bawa ke Hadramauth.
- al-Habib Abdillah bin Umar Assegaf (Pamannya)
- al-Habib Syeikh bin Umar Assegaf (Pamannya)
- al-Habib Idrus bin Umar al-Habsyi
- al-Habib Ahmad bin Hasan al-Athas (Huraidhoh)
- al-Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur (Shohib Bughyat)
- al-Habib Syeikh bin Idrus Alaydrus
dan dua orang ulama besar di Kota Seiwun, Hadramauth yang sangat menaruh perhatian besar kepada beliau, yaitu:
- al-Imam al-Qutub al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi (shohibul maulid simthuddurar)
- al-Habib Abdulqodir bin Ahmad bin Quthban (Syaikhul Fath beliau)
Setelah Habib Abu Bakar belajar cukup lama di Hadramaut, Yaman. Beliau pulang ke Indonesia pada tahun 1302 H. Saat itu Habib Abubakar memasuki usia 17 tahun. Karena menurut isyarat para guru beliau, ilmu yang dimiliki oleh Habib Abu Bakar dirasa sudah cukup dan mumpuni dalam berdakwah. Kemudian Habib Abu Bakar pulang ke Indonesia dengan ditemani Habib Alwi bin Segaf Assegaf. Setelah sampai di Indonesia, Habib Abubakar langsung menuju ke Tanah Jawa tepatnya di kota kelahiran yaitu Besuki, Situbondo untuk kembali memperdalam ilmu agama yang beliau dapat ketika di Hadramaut dan mematangkan ilmunya kepada Ulama dan Auliya’ di Tanah Jawa.
Habib Abubakar menetap di Besuki, Situbondo selama 3 tahun. Kemudian berpindah ke Gresik tepat pada tahun 1305 H dan saat itu berusia 20 tahun. Setelah Habib Abubakar menyelesaikan studinya, beliau banyak didatangi orang-orang dari berbagai penjuru. Rumah beliau tidak pernah sepi dari para tamu yang datang dengan berbagai macam tujuan. Mereka datang hanya untuk sowan (berkunjung) saja, ada yang meminta barokah do’a dan ada yang meminta solusi untuk kelangsungan hidupnya supaya berkah.
Sampai ada yang mengibaratkan bahwa Habib Abubakar bagaikan sebuah Ratu lebah yang menghasilkan banyak madu, sehingga lebah-lebah kecil pun datang kepadanya. Kejadian itu terjadi setelah beliau keluar dari khalwatnya.
Kemudian setelah itu, kewalian beliau tidak pernah diragukan lagi. Pengaruh dan karomah beliau sudah sangat terlihat. Banyak para wali yang sudah membuktikan tingkat kewalian Habib Abubakar adalah tingkat tertinggi dari para wali lainnya. bahkan Habib Abubakar pernah bertemu Rasulullah SAW secara langsung, dengan adanya kejadian ini bisa dijadikan bukti bahwa derajat beliau sudah merupakan derajat yang paling tinggi daripada yang lainnya.
Habib Abubakar mendedikasikan seluruh hidupnya untuk berdakwah yaitu dengan cara mendirikan sebuah majelis taklim dengan nama majelis Rauhah. Dalam mendirikan majelis, Habib Abubakar mendapat izin langsung dari Allah SWT dan isyarah dari Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. secara langsung. Habib Abubakar merupakan pelaku utama dalam proses pendirian majelis yang penuh barokah tersebut. Sejarah dalam mendirikan majelis Rauhah sangat panjang, sehingga dalam perjalanan panjang itu pasti tidak selalu mulus seperti ada orang yang iri atau tidak percaya dengan Habib Abubakar.
Habib Abu Bakar bin Muhammad bin Umar As-Segaf menghadap kepada Allah SWT pada malam senin tanggal 17 Dzulhijjah 1376 H atau 15 Juli 1957 dalam usia 91 tahun. Menjelang wafatnya beliau berpuasa selama 15 hari dan sering kali berkata’ “Aku merasa bahagia akan berjumpa dengan Allah SWT,” Jasad beliau disemayamkan di sebelah masjid Jami, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, bersanding dengan makam Guru beliau Habib Alwi bin Muhammad Hasyim As-Segaf.
Beliau meninggalkan isteri bernama al-Hubabah Syifa Binti Abdul Qodir Assegaf. Beliau dikarunia beberapa putra diantaranya :
- Habib Ali bin Abuabakar (Wafat di Gresik)
- Habib Syeikh bin Abubakar (Wafat di Solo)
- Habib Seggaf bin Abubakar (Wafat di Kraksaan, Probolinggo).
Tim Redaksi wasthmedia.com