wasthmedia.com | Pada tahun 1276 Hijriyah atau 1859 Masehi, ketika Imam Ali bin Muhammad al-Habsyi (Imam Habsyi) berusia 17 tahun, beliau menerima perintah dari ayahnya, Habib Muhammad bin Husein al-Habsyi, yang saat itu menjabat sebagai Mufti Hijaz. Ayahnya memerintahkan Imam Habsyi untuk berangkat ke Mekkah guna menunaikan ibadah haji sekaligus menetap dan belajar di sana. Perintah ini datang setelah empat tahun Imam Habsyi tinggal di kota Seywun, dan menjadi momen penting dalam perjalanan hidup dan keilmuan beliau.
Imam Habsyi berangkat menuju kota suci Mekkah bersama rombongan haji dari Seywun. Sesampainya di Mekkah, beliau menetap di sana selama kurang lebih dua tahun untuk menimba ilmu dari ulama-ulama terkemuka. Salah satu keistimewaan dari masa studinya di Mekkah adalah kesempatan belajar langsung kepada ayahnya sendiri, yang saat itu menjabat sebagai Mufti Hijaz, sebuah posisi bergengsi dalam dunia keilmuan dan keagamaan.
Selain belajar kepada ayahnya, Imam Habsyi juga menimba ilmu dari berbagai ulama besar Mekkah, di antaranya Syekh Ahmad Zaini Dahlan, Syekh Muhammad bin Salim Ba Bushail, dan banyak lagi. Para ulama ini merupakan tokoh-tokoh terkemuka dalam dunia keilmuan Islam pada masa itu, dan Imam Habsyi mendapatkan bimbingan langsung dari mereka.
Dalam sebuah kesempatan, Imam Habsyi mengenang hari-hari pembelajaran di Mekkah dengan penuh kebanggaan dan ketekunan. Beliau berkata, “Hari-hari di Mekkah, kami membaca dan menghafal kitab Al-Minhaj kemudian mengkaji kitab tersebut dengan 12 macam kitab lain yang berisi syarah dari Al-Minhaj. Setelah itu, kami membaca kepada Syekh yang mengajar dengan hafalan kami.” Hal ini menunjukkan betapa serius dan mendalamnya metode belajar yang dilakukan oleh Imam Habsyi, di mana beliau tidak hanya sekadar membaca tetapi juga menghafal dan membandingkan berbagai tafsiran dari kitab-kitab yang dipelajari.
Salah satu pengalaman yang tak terlupakan bagi Imam Habsyi adalah ketika beliau membaca kitab Al-Irsyad di hadapan ayahnya, Habib Muhammad al-Habsyi. Pada suatu pembahasan tentang hukum, sang ayah memberikan penjelasan yang belum pernah beliau dengar sebelumnya. Penjelasan ini meninggalkan kesan mendalam dan menjadi salah satu momen berharga dalam perjalanan intelektual Imam Habsyi.
Pengalaman belajar di Mekkah memberikan pondasi kuat bagi Imam Habsyi, baik dalam bidang keilmuan maupun spiritualitas. Keberadaan beliau di kota suci tersebut tidak hanya memperkaya pengetahuan beliau dalam ilmu agama, tetapi juga mempererat hubungan beliau dengan para ulama besar pada masanya. Selama dua tahun di Mekkah, Imam Habsyi menimba ilmu yang kemudian menjadi bekal penting dalam kehidupannya sebagai ulama besar di kemudian hari.
Perjalanan Imam Habsyi ke Mekkah ini adalah salah satu fase penting dalam hidupnya yang memperlihatkan betapa besar tekad dan semangat beliau dalam menuntut ilmu. Beliau tidak hanya belajar untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada umat di masa depan. [Tim Redaksi wasthmedia.com]