WASTHMEDIA – Nasional | Semakin meruncingnya Problematika Nasab Ba’alwy di Indonesia yang semakin hangat diperbincangkan. membuat berbagai tokoh ikut turut bersuara menjawab kegaduhan yang dimunculkan atas terbitnya artikel “Menakar Kesahihan Nasab Habib di Indonesia” yang ditulis oleh Kiai Imaduddin Usman al-Bantani, seorang pengasuh Pondok Pesantren Nahdlatul Ulum, Kresek, Tangerang, Banten. Salah satu yang ikut menjawab kegaduhan ini adalah Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama KH. Yahya Cholil Staquf di acara Pelantikan dan Halal Bi Halal PCNU Kab. Lumajang (30/4).
Gus Yahya dalam pidatonya menyinggung terkait sebuah artikel yang akhir-akhir ini menimbulkan perdebatan dengan mempertanyakan keabsahan silsilah Baalwy di Indonesia. Gus Yahya menyampaikan “Apapun yang dikatakan orang, Kita (warga Nahdliyin) melihat bukti-bukti barokah dari dzuriyah Ba’alwy ini.” Ini adalah ucapan Gus Yahya untuk membendung dan menjawab sebuah tulisan yang mempertanyakan keabsahan Nasab Ba’alwy. “ini semua santri kan ?” tanya Gus Yahya kepada hadirin, beliau memberikan sebuah contoh dari barokah yang telah dirasakan warga Nahdliyin dengan keberadaan para Saadah al-Ba’alwy dengan ucapan sebagai berikut:
“Ini semua santri kan ? Ngaji Semua di Pondok kan ? Semuanya merasakan Sulam-Safinah” lanjut Gus Yahya memberikan gambaran keberkahan dari keberadaan Ba’alwy dengan menyebutkan tentang 2 kitab yaitu Sulamut Taufiq dan Safinatun Najah. Sulamut Taufiq adalah sebuah kitab karya al-Habib Abdullah bin Husein bin Thohir al-Ba’alwy al-Husaini, dan Kitab Safinatun Najah karya Syaikh Salim Sumair al-Hadrami. Kedua kitab ini menjadi kurikulum dasar dalam kajian Fiqih di Pesantren-pesantren Nahdliyin.
Tak hanya itu, Gus Yahya melanjutkan “Kiai-kiai (NU) sampai sekarang masih memegangi kitab yang sangat terkenal, kumpulan fatwa namanya Bughyatul Mustarsyidin” Sebuah kumpulan Fatwa yang terhimpun dalam sebum Kitab Karya al-Alimul Allamah al-Habib Abdurrahman bin Muhammad al-Masyhur al-Ba’alwy al-Husaini seorang Mufti di kota Tarim Hadramaut dan pengasuh Rubath Tarim yang pertama. “Kita merasakan sendiri barokahnya” lanjut Gus Yahya didepan hadirin di acara Pelantikan dan Halal Bi Halal PCNU Kab. Lumajang.
Ucapan Gus Yahya ini seakan-akan menjawab dan meredam pro dan kontra dari tulisan artikel “Menakar Kesahihan Nasab Habib di Indonesia” yang ditulis oleh Kiai Imaduddin Usman al-Bantani. Statment ini sekaligus memperkuat keharmonisan antara Kiai dan Habaib yang sudah terjalin sejak dahulu, baik dalam kehidupan bermasyarakat atapun hubungan kurikulum pesantren Nahdliyin di Indonesia.