wasthmedia.com | Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih, seorang ulama besar yang lahir pada hari Selasa, 15 Shofar 1316 H/1898 M di Kota Tarim, Hadramaut, Yaman Selatan, telah memberikan sumbangsih yang luar biasa dalam dunia keilmuan dan dakwah Islam. Bahkan sejak dalam kandungan ibunya, tanda-tanda kebesaran beliau telah tampak.
Sebelum kelahirannya, tokoh ulama terkemuka di Tarim, Habib Imam Syaikhon bin Hasyim Assegaf mendapat mimpI mendapat amanat kitab suci Al-Qur’an dari Sulthonul Aulia Syekh Abdul Qodir Al Jaelani ra untuk diberikan kepada ayahanda Habib Abdul Qodir. Sehingga, beliau diberi nama Abdul Qodir sebagai harapan agar mendapat maqom yang tinggi seperti Syekh Abdul Qodir Al Jaelani ra.
Ketekunan beliau dalam menimba ilmu juga tak pernah surut. Pada usia dini, beliau sudah menghafal Al-Qur’an. Serta, pada usia muda, Habib Abdul Qodir sudah dikenal penuh perhatian terhadap ilmu dan penghormatan tinggi kepada guru-gurunya. Bahkan, salah satu gurunya mempercayakan beliau memberi fatwa di usia sekitar 20 tahun.
Berkat pendidikan dan ketekunannya dalam menimba ilmu dari beberapa guru besar seperti Habib Imam Abdullah bin Umar Asy-Syatiri, Habib Imam Ali bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Imam Abdullah bin Idrus Al-Aidrus, Habib Imam Ali bin Muhammad Al Habsyi, Habib Imam Ahmad bin Hasan Alatas, serta beberapa habaib lainnya, Habib Abdul Qodir menjadi ulama yang menguasai ilmu syariah, tarekat, dan hakikat.
Perjalanan dakwahnya membawanya berkeliling ke berbagai negara seperti Mekkah, Madinah, Damaskus, Siria, Mesir, Maroko, dan negara-negara di Afrika Barat, Palestina, Pakistan, India, Singapura, Malaysia, serta Indonesia.
Pada tahun 1930 M, beliau diangkat sebagai Direktur Al Khoiriyah Surabaya dan melaksanakan ibadah haji serta berziarah ke makam Baginda Rasulullah SAW. Di kesempatan itu, Habib Abdul Qodir mendapatkan ijazah serta tukar menukar isnad dan silsilah hadits dari para ulama.
Keinginan beliau untuk menyebarkan ilmu juga tercermin dari berdirinya organisasi sosial seperti Jam’iyyah Ukhuwah wal Mua’awanah dan Jam’iyyah An-Nasrhr wal Fadhol pada tahun 1919 M. Pada tahun 1358 H/1938 M, beliau mendirikan Madrasah Ar-Robithoh, dan pada 12 Rabiul Awal 1364/15 Februari 1945, mendirikan Pesantren Darus Hadits Al-Faqihiyah Liahlussunnah di Jl Aries Munandar Malang.
Sumbangsih dan Pengabdian Tanpa Henti
Kehidupan Habib Abdul Qodir hampir seluruhnya dipenuhi oleh perjuangan agama, penyebaran ilmu, dan pengabdian. Dia mengajar di pesantren, menjadi dosen di berbagai institusi, dan menjadi penasihat Menteri Penghubung Alim Ulama RI. Perjuangannya untuk mengembangkan ilmu tak hanya berhenti di dunia pendidikan formal, tetapi juga melalui pengasuhan pengajian di Masjid Agung Jami’ Malang dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.
Sumbangsihnya dalam mencetak kader-kader Islam yang militan terlihat dari para santri atau kader yang kemudian menjadi tokoh ulama dan dai ternama seperti KH Quraisy Shihab, KH Abdul Hamid Abdullah Pasuruan, Habib Alwy bin Salim Alaydrus, Ustadz Abdullah Abdun, Habib Muhammad bin Husain Ba’abud, Pengasuh Pesantren Darun Nasyi’in, Lawang, dan lainnya.
Habib Abdul Qodir bin Ahmad Bilfaqih wafat pada hari Selasa, 21 Jumadits Tsani 1382 H/1962 M, dan dimakamkan di pemakaman umum Kasin, Malang. Beliau memiliki putra, yang salah satunya adalah Prof. DR Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Al Alawy ra, yang menjadi generasi penerus pesantren Darul Hadits.
Kehidupan beliau yang penuh pengabdian, ketekunan dalam menimba ilmu, dan semangat dakwah yang tak pernah padam menjadi inspirasi bagi banyak orang, mewarisi perjuangan para pendahulunya, dan menjadikan jejaknya sebagai warisan agung yang terus diikuti oleh generasi selanjutnya dalam menegakkan Dakwah Rahmatan lil Alamin. [Tim Redaksi wasthmedia.com]