wasthmedia.com | Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat pertarungan abadi yang tak terlihat. Ini adalah pertempuran batin melawan kekuatan yang kadang-kadang lebih sulit ditaklukkan daripada musuh luar. Di tengah medan pertempuran ini berdiri nafsu, dengan segala tipu daya dan sifat-sifatnya yang merayu. Kisah yang diambil dari masa lalu mengungkapkan hikmah dalam perjuangan ini, dan Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi (w. 1333 H) telah memberikan pencerahan berharga tentang sifat nafsu.
Suatu hari, Al-Habib Ali dan Syaikh Ahmad Ali Makarim berjalan-jalan di kota Bur. Dalam obrolan mereka, perhatian tertuju pada masalah nafsu – bagaimana itu bisa menjadi penghalang dalam pencarian spiritual. Mereka membahas secara mendalam tentang bagaimana nafsu memiliki kecenderungan untuk memutarbalikkan nilai-nilai spiritual, mendorong manusia pada hal-hal yang merusak.
Namun, seiring perbincangan mereka, sebuah peristiwa menarik terjadi. Beberapa wanita tengah mencari kayu di tepi sungai yang sudah kering. Dalam momen yang tak terduga, salah satu wanita itu mendekati Al-Habib Ali dan Syaikh Ahmad Ali Makarim. Ia dengan tulus mengatakan, “Tidak ada yang merintangi manusia dari Tuhannya kecuali nafs.” Ungkapan singkat ini, diucapkan dengan hati tulus, mengandung hikmah luar biasa.
Al-Habib Ali dan Syaikh Ahmad Ali Makarim segera merespons dengan pengakuan akan kebenaran kata-kata wanita itu. Mereka mengakui bahwa Allah telah memuliakan wanita tersebut dengan pemahaman yang mendalam tentang peran nafsu dalam kehidupan manusia.
Namun, pesan dari wanita itu tak berhenti di situ. Setelah berbicara sejenak, wanita tersebut kembali bergabung dengan teman-temannya. Pada saat ini, terungkap bahwa pembicaraan Al-Habib Ali dan Syaikh Ahmad Ali Makarim telah di-kasyf, yaitu mereka telah mendapatkan pencerahan atau iluminasi spiritual dari wanita tersebut.
Kisah ini memberikan wawasan penting tentang sifat nafsu dan pengaruhnya pada manusia. Wanita sederhana yang mencari kayu di tepi sungai kering memberikan pengajaran berharga tentang betapa kuatnya peran nafsu dalam menghadirkan rintangan dalam perjalanan spiritual. Ungkapannya yang tulus mengingatkan kita akan pentingnya mengenali dan mengatasi sifat-sifat destruktif dalam diri kita.
Dari kisah ini, kita diingatkan tentang perlunya kewaspadaan konstan terhadap tipu daya nafsu. Pengalaman Al-Habib Ali dan Syaikh Ahmad Ali Makarim menggambarkan bagaimana hikmah bisa datang dari tempat yang tak terduga, dan bagaimana pengetahuan spiritual bisa ditemukan dalam momen sehari-hari. Semoga cerita ini mengilhami kita untuk memahami peran nafsu dalam hidup kita dan bertekad untuk mengatasi tantangan yang muncul dari dalam diri kita. [Tim Redaksi wasthmedia.com]