wasthmedia.com | HISTORIAMUSLIM – Pendekatan Soekarno terhadap Islamisme melambangkan sebuah perubahan fundamental dalam pendekatan dan penafsiran agama, menempatkan akal sebagai motor utama untuk membangun kembali pemikiran Islam. Salah satu pernyataannya, bahwa landasan sejati dalam pemikiran ulang terkait Islam adalah pengembalian penghargaan terhadap akal, menegaskan bahwa umat Islam harus berupaya keluar dari keterbelakangan.
Soekarno dengan tegas memaparkan perlunya pemanfaatan akal bagi umat Islam agar dapat membebaskan diri dari “penjara taqlid” dan berani memandang ke depan, menghadapi masa depan yang dipenuhi dengan kompetisi serta kompleksitas dalam bidang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Dia juga meyakini bahwa Islam memiliki gagasan progresif atau ide kemajuan.
Konsep pendidikan Islam yang diperjuangkan Soekarno menyoroti humanisme sebagai prinsip utama yang mendasari proses dan materi pembelajaran. Karena Islam sendiri mempunyai nilai-nilai universal, maka pendidikan Islam seharusnya memberi penekanan pada kasih sayang, menghormati dan menghargai sesama, kebebasan berpikir, humanisme, pluralisme, serta menolak diskriminasi etnis dan sektarianisme. Semua nilai ini sejalan dengan gagasan-gagasan yang ditekankan oleh Soekarno dalam tulisannya maupun pernyataannya.
Soekarno meluapkan isi fikirannya dalam buku (Dibawah Bendera Revolusi) “Sebagai ombak makin lama makin haibat, sebagai gelombang yang makin lama makin tinggi dan besar, maka di seluruh dunia Muslim tentara-tentara Pan-Islamisme sama bangun dan bergerak dari Turki dan Mesir, sampai ke Marocco dan Kongo, ke Persia, Afganistan… membanjiri ke India, terus ke Indonesia… gelombang Pan-Islamisme melimpah ke mana-mana!”
Lalu Soekarno melanjutkan “Begitulah rakyat Indonesia kita ini, insyaf akan tragis nasibnya, sebagian sama bernaung di bawah bendera hijau, dengan muka ke arah Qiblat, mulut mengaji La haula wala kauwata illa billah dan Billahi fisabilil ilahi!“.
Dampak dari pemikiran ini tercermin pada seluruh komponen pendidikan Islam, termasuk tujuan pendidikan, pendidik, peserta didik, alat-alat pendidikan, serta lingkungan pendidikan. Semua harus diarahkan untuk menanamkan nilai-nilai Islam, terutama keimanan, yang mampu menjadi kunci perbaikan bagi kehidupan masyarakat dan bangsa.
Pandangan Soekarno tentang Islamisme menunjukkan arah transformatif yang lebih inklusif, rasional, dan humanistik. Pandangan ini tidak hanya menjadi landasan bagi pendekatan pendidikan, tetapi juga menjadi pandangan yang melekat dalam upaya membangun masyarakat dan bangsa yang lebih baik, menghormati keragaman, dan menegakkan keadilan. [Historia Muslim]