wasthmedia.com | Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur, memiliki peran yang sangat besar dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Didirikan pada tahun 1899, pesantren ini menjadi basis gerakan perlawanan melawan penjajah yang banyak bermula dari lembaga ini. Namun, perjuangan pesantren Tebuireng tidak hanya terfokus pada kemerdekaan saja, tetapi juga melibatkan peran penting dalam menyebarkan ajaran agama, mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan ekonomi masyarakat, dan memperkuat civil society.
Pesantren Tebuireng telah mencetak banyak kader terbaik bangsa, menjadi bukti nyata bahwa pesantren ini tak pernah lelah berjuang. Peran vital ini semakin kuat dengan keikutsertaan para pengasuh dan alumni pesantren dalam percaturan politik nasional. Dua tokohnya, Kiai Hasyim Asy’ari dan Kiai Wahid Hasyim, bahkan mendapat gelar pahlawan nasional.
Keduanya juga merupakan tokoh pendiri dan penerus perjuangan Nahdlatul Ulama (NU), organisasi Islam terbesar di Indonesia. Salah satu keturunan Kiai Hasyim, yaitu KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), bahkan menjadi presiden keempat Republik Indonesia. Oleh karena itu, Pesantren Tebuireng dikenal sebagai ‘Pesantren Perjuangan’.
Salah satu sikap nonkooperatif pesantren ini terhadap penjajah adalah fatwa yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari yang menyatakan haram bagi umat Islam untuk memakai dasi, yang dianggap sebagai simbol kultur penjajah. Fatwa ini mengobarkan semangat heroik dan perlawanan rakyat terhadap penjajah.
Setelah kemerdekaan Indonesia, KH Hasyim Asy’ari kembali merepotkan penjajah Belanda dengan mengeluarkan resolusi jihad pada 22 Oktober 1945. Beliau menyerukan kepada umat Islam untuk berjihad melawan penjajah Belanda dalam radius sekitar 90 kilometer dari basis pesantren. Resolusi jihad ini menjadi bagian dari peristiwa bersejarah 10 November, yang kini dikenal sebagai Hari Pahlawan.
Tidak hanya itu, pesantren Tebuireng juga memelopori pembentukan milisi yang disebut laskar Hizbullah, yang berlangsung hingga 1949. Laskar ini dipimpin oleh putra KH Hasyim Asy’ari, yaitu KH Yusuf Hasyim, setelah beliau wafat.
Gerakan-gerakan perjuangan dan penolakan tegas KH Hasyim Asy’ari terhadap tawaran anugerah dari Belanda membuat kompeni Belanda cemas. Sikap tegas tersebut diambil untuk mempertahankan perjuangan akan kedaulatan pesantren dan Indonesia.
Pesantren Tebuireng Jombang telah menunjukkan komitmennya dalam berperan aktif dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Semangat perjuangan dan nilai-nilai keislaman yang diwariskan oleh KH Hasyim Asy’ari telah menerangi jalan bagi banyak generasi penerus untuk tetap berjuang dalam menghadapi tantangan zaman dan memperkokoh persatuan serta keutuhan bangsa Indonesia. Pesantren Tebuireng menjadi bukti nyata bahwa pondok pesantren memiliki peran penting dalam membentuk karakter pejuang dan pemimpin bangsa yang berakhlakul karimah dan berjuang demi keadilan dan kemajuan bangsa. [Tim Redaksi wasthmedia.com]