wasthmedia.com – Dzulhijjah, bulan ke-12 dalam kalender hijriyah, memiliki makna yang sangat penting bagi umat muslim di seluruh dunia. Bulan ini sering disebut sebagai bulan Haji karena pada tanggal 9 dzulhijah, jutaan jamaah haji dari berbagai negara berkumpul di Padang Arafah untuk melaksanakan ibadah wukuf yang menjadi puncak dari rangkaian ibadah haji.
Bagi masyarakat Tarim, hari Arafah bukan hanya tentang berpuasa semata. Mereka memiliki tradisi yang disebut “Tasyabbuh bi Ahli Arafah” yang dianggap sebagai bentuk penghormatan terhadap para haji yang sedang melaksanakan ibadah di Mina, Arab Saudi.
Tradisi ini dilakukan dengan cara berkumpul bersama di sebuah alun-alun di halaman Masjid Maulakheleh di kota Tarim dengan kegiatan-kegiatan yang juga dilakukan oleh mereka di Arafah. Selain itu, masyarakat Tarim juga melakukan doa dan dzikir untuk memperkuat ikatan batin di hari yang mulia.
Tradisi ini sangatlah menarik. Setelah salat Asar, masyarakat Kota Tarim berkumpul di halaman Masjid Husein Maula Khelah untuk membaca zikir dan doa. Bahkan, masyarakat dari luar Tarim pun ikut meramaikannya. Pembacaan zikir dan doa dikumandangkan dari setelah Asar hingga waktu Magrib tiba.
Tradisi yang dikenal dengan “At-Ta’rif bi Arafah” ini layaknya yang dilakukan oleh tamu Allah yang melakukan wukuf di Padang Arafah. Pembacaan zikir dan doa dipimpin langsung oleh Al-Habib Umar bin Hafiz. Dan dilanjutkan dengan mauizah hasanah dari beliau hingga matahari tenggelam.
Habib Umar mengatakan bahwa tidak ada hari dimana Allah lebih banyak membebaskan hambanya dari api neraka selain pada hari Arafah. Perkataan beliau ini selaras dengan hadis Nabi: Tidak ada hari dimana Allah lebih banyak membebaskan hamba-Nya dari neraka dibanding pada hari Arafah. Sesungguhnya Dia mendekat dan membanggakan mereka (di hadapan) para malaikat, seraya bertanya, “Apa yang mereka inginkan?” (HR. Muslim dari Siti Aisyah RA).
Tim Redaksi wasthmedia.com