INTERNASIONAL | Seorang Astronot asal Uni Emirat Arab yang bernama Sultan Al-Neyadi membagikan pengalamannya dalam jalani ibadah puasa di luar angkasa melalui akun twitternya @Astro_Alneyadi.

Astronot kelahiran tahun 1981 ini, adalah salah satu dari dua Antariksawan yang dimiliki oleh Uni Emirat Arab bersama Hazza al-Mansouri. AlNeyadi adalah salah satu dari dua orang yang terpilih dari 4.022 kandidat untuk menjadi antariksawan Uni Emirat Arab pertama, menyusul serangkaian tes mental dan fisik di Uni Emirat Arab dan Rusia di tahun 2018 lalu.

Melalui akun twitternya, ia menyebutkan. Jika warga bumi hanya bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam masing-masing 1 kali dalam sehari, tidak dengannya yang bisa menyaksikan hingga 16 kali.

Ia adalah Antariksawan dari Stasiun Luar Angkasa ISS (International Space Station). ISS adalah sebuah stasiun luar angkasa modular yang terletak di orbit bumi rendah. ISS merupakan proyek gabungan multinasional yang melibatkan lima badan antariksa, mereka adalah NASA, Roscosmos, JAXA, CSA, dan ESA.
Hal itu karena dalam kurun waktu 24 jam, ISS mengitari bumi sebanyak 16 kali. Artinya, astronot yang berada di dalamnya bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam sebanyak 16 kali juga.
Meski begitu, Sultan menyatakan ia tetap menjalankan ibadah puasa meski ada pengecualian baginya sebagai musafir. Adapun patokan waktu yang ia pakai adalah Greenwich Mean Time atau GMT adalah rata-rata waktu surya seperti yang dilihat dari Royal Greenwich Observatory (Observatorium Kerajaan di Greenwich), yang terletak di Greenwich, London, Inggris, yang melalui konvensi dikenal terletak di 0 derajat garis bujur. Secara teori, tengah hari GMT adalah saat di mana matahari melewati Meridian Greenwich (dan mencapai titik tertinggi di langit di Greenwich).
Greenwich Mean Time atau GMT dijadikan waktu resmi di ISS, dengan hal tersebut Sulthan el-Neyadi tetap melaksanakan ibadah puasa dalam satu hari melaksanakan satu kali sahur dan satu kali ifthar (buka puasa).
Credit: Tim Redaksi wasthmedia.com