wasthmedia.com | Pada tahun 1271 Hijriyah atau 1854 Masehi, ketika Imam Ali bin Muhammad Al-Habsyi (Imam Habsyi) berusia 11 tahun, ia bersama sang ibunda memulai perjalanan penting dalam hidupnya. Perjalanan ini merupakan perintah dari sang ayah, Habib Muhammad Al-Habsyi, yang saat itu sedang berada di Mekkah. Mereka diminta pindah dari Qasam menuju kota Seywun, yang kemudian menjadi salah satu fase penting dalam kehidupan spiritual dan intelektual Imam Habsyi.
Perjalanan menuju Seywun ini bukan hanya sekadar perpindahan fisik, tetapi juga menjadi momen berharga bagi Imam Habsyi untuk bertemu dengan tokoh-tokoh besar pada masa itu. Salah satu persinggahan penting dalam perjalanan tersebut adalah ketika mereka singgah di kota Masileh, di mana Imam Habsyi dan ibunya berziarah kepada ulama besar, Habib Abdullah bin Husein bin Thohir.
Di tengah suasana ziarah itu, Imam Habsyi muda tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk bertabarruk dan menimba ilmu dari Habib Abdullah. Di hadapan beliau, Imam Habsyi membaca dan mempelajari kitab Mukhtashar Latif karya Syekh Bafadhol. Selain itu, ia juga menyempatkan diri untuk membaca matan Rasyafat yang ditulis oleh Habib Abdurrahman Bilfagih. Pertemuan ini memberikan pengaruh besar pada perkembangan ilmu dan spiritualitas Imam Habsyi di usia muda.
Setelah ziarah dan pembelajaran singkat tersebut, Imam Habsyi dan ibunya melanjutkan perjalanan mereka menuju Seywun, kota yang kelak menjadi tempat penting dalam perjalanan hidup beliau. Seywun adalah kota yang memiliki sejarah panjang dalam dunia keilmuan Islam, terutama di kalangan ulama Hadhramaut, dan di sana, Imam Habsyi tumbuh dan berkembang menjadi salah satu tokoh besar yang sangat dihormati.
Perpindahan ini tidak hanya memperkaya kehidupan pribadi Imam Habsyi, tetapi juga membuka jalan bagi beliau untuk berinteraksi dengan para ulama besar dan mendalami berbagai ilmu agama. Dari kecilnya, tanda-tanda keistimewaan dan kecintaan beliau terhadap ilmu agama sudah sangat terlihat, dan perpindahan ke Seywun menjadi titik penting dalam perkembangan spiritual serta intelektual beliau.
Kisah hijrah Imam Habsyi ini menunjukkan bahwa perjalanan hidup seorang ulama besar tidak hanya ditempa oleh pendidikan formal, tetapi juga oleh berbagai pengalaman berharga yang melibatkan pertemuan dengan para tokoh berilmu. Perjalanan ini menjadi awal dari langkah-langkah besar Imam Habsyi dalam menyebarkan ilmu dan kebaikan kepada umat Islam di kemudian hari. [Tim Redaksi wasthmedia.com]