KILAS TOKOH – wasthmedia | Salah satu yang menjadi pangkal silsilah dari Bani Alawy adalah putera dari al-Imam Ahmad al-Muhajir bin Isa al-Rumi an-Naqib. Beliau adalah Syaikhul Islam Abdullah (Ubaidillah) bin Ahmad al-Muhajir bin Isa al-Rumi bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far As-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Fathimah binti Rasulullah SAW.
al-Imam Ubaidillah bin Ahmad Lahir di Bashrah, Iraq. Sebuah kota maju pusat pemerintahan Bani Abbasiyah yang kala itu berkuasa. Kehidupan keluarga beliau di Bashrah sangat berkecukupan. Hingga al-Imam Ahmad bin Isa melihat akan ketidak baikan dari hal ini, maka beliau memutuskan untuk Hijrah ke sebuah tempat bersama 70 Keluarganya yang salah satu diantara yang ikut al-Imam Ahmad bin Isa adalah putra beliau al-Imam Ubaidillah bin Ahmad.
Beliau ikut serta dalam kabilah ayahandanya meninggalkan dari segala kemakmuran dan kemewahan kota Bashrah menuju Madinah, hingga setelah itu menuju ke sebuah lembah yang sangat terpencil di jazirah arab bagian selatan yang bernama Hadramauth. Di lingkungan yang baru inilah al-Imam Ubaidillah bersama Sang Ayah al-Imam Ahmad bin Isa membangun peradaban baru di lingkungan yang baru.
Kodisi Bashrah ketika peristiwa itu terjadi banyak sekali gejolak fitnah, Imam Ahmad bin Isa mengutus putranya untuk menuju Tanah Haram guna mempelajari Ilmu dari Ulama-ulama di Haram kala itu. Pertama-tama beliau mempelajari ilmu usul dan hadist dengan ulama mekah. Tak hanya ilmu Usul dan Hadist saja, beliau juga menimba ilmu Tasawuf dan Akhlaq ke-Nabi-an dari Imam Ahlus Sunnah kala itu al-Imam Abu Thalib al-Makki (w.386). Di hadapan al-Imam Abu Thalib al-Makki beliau mempelajiri Kitab Qutul Qulub dihadapan mualifnya langsung yaitu al-Imam Abu Thalib al-Makki. Bermula dari sini, al-Imam Ubaidillah tumbuh menjadi seorang Sufi yang rendah hati sebagai pengamal Ilmu Tasawuf dan membawanya di Wadi Hadrmauth.
Berbekal Ilmu Tasawuf dan ke-Sufi-annya, al-Imam Ubaidillah bin Ahmad tertulis sebagai pembawa ilmu Tasawuf di Wadi Hadramauth. Berbekal hal ini, beliau lebih menyukai panggilan Ubadillah di sematkan kepada beliau. Berawal dari Nama Abdullah (Hamba Allah) dengan kerendahan hati dan faham akan diri beliau sendiri, beliau lebih nyaman dipanggil Ubaidillah yang berarti Hamba Allah yang kecil.
Saat wafatnya ayahanda beliau al-Imam Ahmad bin Isa pada tahun 345 H, al-Imam Ubaidillah bin Ahmad memegang tongkat estafet dari dakwah sang Ayah untuk membangun peradaban baru di Tanah Hadrmauth. Hingga pada Akhirnya beliau wafat di Kota Sumal pada tahun 383 H dengan meninggalkan isteri dan 3 anaknya. Ketiga putra beliau berhasil meneruskan perjuangan beliau. Ketiga putera beliau tersebut, diantaranya: al-Imam Bashri (Lahir di Bashrah), dan Alwy (keduanya “Bashri dan Alwy” lahir di Bashrah dan ikut serta dalam rombongan Imam Ahmad bin Isa dalam perjalan Hijrahnya dari Bashrah hingga ke Hadramauth), lalu yang ketiga adalah Jadid (Baru) dimana al-Imam Jadid baru terlahir ketika al-Imam Ubadillah bin Ahmad telah tinggal dan menetap di Tanah Hadramauth.
Ditulis oleh: Tim Redaksi wasthmedia.com