wasthmedia.com | Habib Hasan bin Ahmad Baharun lahir di Sumenep pada 11 Juni 1934, sebagai putra pertama dari empat bersaudara dari al-Habib Ahmad bin Husein bin Thohir Bin Umar Baharun dan Fathmah Binti Ahmad Bachabazi. Kedisiplinan dan kesederhanaan telah tertanam sejak usia dini oleh kedua orang tua beliau, membentuknya menjadi sosok yang memiliki akhlak dan sifat terpuji.
Pada tahun 1981, Habib Hasan mendirikan sebuah pondok pesantren dengan fokus pada kajian ilmu bahasa Arab. Dengan penuh ketelatenan, Habib Hasan mengasuh dan mendidik para santri dengan bantuan ustaz Ahmad bin Husin Assegaf. Kepercayaan masyarakat tumbuh pesat dan jumlah santri berkembang dengan pesat.
Selain mendidik santri putra, pada tahun 1983, pondok ini juga menerima 16 santri putri di lokasi yang sama. Pada tahun 1984, tempat pemondokan santri telah berkembang hingga 13 rumah kontrakan.
Dengan pertumbuhan jumlah santri dan keterbatasan tempat, pada tahun 1985, atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke desa yang lebih terpencil di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Pada saat itu, jumlah santri mencapai 186 orang, terdiri dari 142 santri putra dan 48 santri putri.
Hingga saat ini, luas lahan pondok telah mencapai 4 Ha dan penuh dengan bangunan sarana pendidikan serta asrama santri. Jumlah santri kini mencapai sekitar 1500 orang dari 30 provinsi di Indonesia, negara-negara Asia Tenggara, dan Saudi Arabia. Para santri dibimbing oleh lebih dari 100 guru dengan latar belakang pendidikan dalam dan luar negeri, ditambah dengan sekitar 95 pembantu yang turut belajar.
Pada tanggal 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999 M, Habib Hasan bin Ahmad Baharun wafat dan dimakamkan di Komplek Ponpes Darul Lughah wa Dakwah, Raci, Bangil. Setelah wafatnya Ustadz Hasan bin Ahmad Baharun, pondok ini diteruskan oleh salah satu anaknya, yakni Habib Zain bin Hasan bin Ahmad Baharun, yang merupakan murid dari Almarhum Abuya Habib Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki. Melalui dedikasi dan keteladanan Habib Hasan, pondok pesantren ini tetap menjadi pusat pendidikan dan pengembangan akhlak yang berpengaruh hingga saat ini.
[Tim Redaksi wasthmedia.com]